Laman

Rabu, 01 Juni 2011

Musik Cadas Lagu Rakyat Versi Jamrud


APA arti angka penjualan 1 juta keping bagi sebuah kelompok musik cadas? Hampir segala-galanya. Pertama, tentunya, pundi-pundi yang makin tebal berkat tambahan bonus dan royalti dari tiap kaset yang terjual. Kedua, lagu-lagu yang ada di album itu sudah berhak menyandang status ''lagu rakyat''.

Yang terakhir itu berlebihan? Melihat pengalaman kelompok Jamrud, yang penjualan album Ningrat-nya mencapai 1,5 juta keping dalam tujuh bulan pertama, rasanya sah-sah saja. Seorang bocah empat tahun di kawasan Solo Baru, Jawa Tengah, dengan lancar bisa menyanyikan tembang Kabari Aku.

Belum puas? Baik. Sekarang putarlah lagu Ningrat. Boleh jadi, banyak orang di seputar kita yang bisa menyanyikan lirik ''Pa'e... Bu'e'' dalam lagu itu. Atau lihat prestasi video klip Surti-Tejo yang ndeso namun bertahan di puncak tangga ''MTV Ampuh'' hingga 10 pekan. Isyaratnya jelas: lagu-lagu Jamrud sudah menjadi konsumsi masyarakat banyak.

Dalam sejarah penjualan album musik rock di Tanah Air, belum satu pun kelompok cadas yang mencapai angka tadi. Log Zhelebour, Manajer Jamrud, yang juga produser Ningrat, mengakui hal itu.

Di tangan Log, sudah banyak kelompok cadas lahir dan sukses. Mulai God Bless, Power Metal, Boomerang, sampai Modern Gank. Statistiknya? God Bless paling banter 300.000 keping. Boomerang hanya beberapa ratus ribu keping di atas God Bless.

Seberapa bagus sih Ningrat itu? Terus terang, album yang memperoleh 10 plakat platinum awal pekan lalu itu biasa-biasa saja. Krisyanto, vokal, masih mengartikulasikan huruf. Cabikan bas Ricky Teddy juga tak banyak improvisasi.

Aziz M.S., gitar, masih setia dengan alur minimalitas lewat Steinberger kesayangannya. Ia tak mau pusing dengan lick dan riff njelimet. Bukan karena tak mampu, melainkan persoalan prioritas. Dalam lagu Kabari Aku, misalnya, Aziz malah sama sekali tak membuat interlude. ''Mau ditaruh di mana?'' katanya.

Toh, acungan jempol layak diberikan untuk Aziz, yang menciptakan sebagian besar lagu dan lirik di album itu. Lirik adalah jawaban bagi kekuatan Jamrud. Jangan berpikir liriknya mengambil referensi bacaan-bacaan atau puisi-puisi berat. Coba tengok lirik dalam lagu Surti-Tejo, yang penuh dengan idiom anak muda, seperti ember, konak, dan bahkan f... you. Vulgar? Nakal lebih tepat.

Materi mentah album itu selesai dalam tiga bulan. Lalu, Jamrud harus menunggu enam bulan untuk mendapatkan jadwal mixing dan mastering di 301 Studio, Sydney, Australia. Proses mixing itu sendiri hanya membutuhkan waktu dua minggu. Akhir November lalu, album itu selesai.

Dari sisi penjualan, Jamrud termasuk kelompok yang bergerak cukup perlahan. Album pertamanya, Nekad (1996), hanya terjual 150.000 keping. Putri (1997) berhasil menggandakan prestasi dengan penjualan 300.000 keping. Baru lewat album Terima Kasih (1999), Jamrud berhasil mencapai penjualan 800.000 keping. Saat itu, mereka memperoleh lima plakat platinum.

Sayangnya, di tengah penantian dan proses album Ningrat (yang berjarak dua tahun dari album ketiga), Jamrud harus menebus suksesnya dengan harga mahal. Dua personelnya, Fitrah (gitar) dan Shandy (drum), tewas akibat kelebihan putauw. Fitrah lebih dulu meninggalkan Jamrud untuk selama-lamanya (1999). Sedangkan Shandy tewas seusai Ningrat rampung.

Keduanya tewas selama masa skorsing yang dijatuhkan Log. Namun, Shandy menyisakan satu warisan pukulan drum dalam lagu Surti-Tejo. Sebuah lagu bertema mengutuk narkoba, Fuck Off, ditulis Aziz untuk mengenang kedua teman mereka itu.

Jamrud sebenarnya bukan kelompok kemarin sore. Perjalanan karier mereka dimulai pada 1984. Saat itu, mereka masih SMA. Dengan modal nekat, mereka mengikuti Festival Rock Indonesia. Kecuali drummer Budi Haryono (sekarang di Gigi) yang meraih predikat terbaik, band yang waktu itu masih bernama Jam Rock ini tak membawa hasil apa-apa.

Tahun 1996, Jam Rock berani mengirim rekaman demo ke Log Zhelebour. Pucuk dicita ulam tiba. Log suka. Saat itu juga mereka teken kontrak. Nama Jam Rock sendiri, atas usulan Log, diubah menjadi Jamrud. Tak ada arti khusus dari nama itu, kata Aziz.

Januari nanti, Jamrud kembali menyambangi 301 Studio dalam rangka pembuatan album kelima. Namun, pada saat itu, mereka tak lagi datang dengan materi setengah jadi. Semua proses akan dilakukan di sana, mulai dari nol, kata Aziz. Ditargetkan, Jamrud bercokol di sana tiga minggu. Bonus sukses album Ningrat? Aziz hanya bisa tertawa. Mereka pantas mendapatkannya, ungkap Log. Selamat!


sunber:gatra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar