Laman

Senin, 30 Mei 2011

PIRAMIDA GUNUNG LALAKON

Kamis, 17 Maret 2011, 16:44 WIB
Indra Darmawan
VIVAnews – Tim Turangga Seta yang melakukan penggalian di Gunung Lalakon, Soreang, Bandung, Jawa Barat, sejak Senin pekan ini berhasil menemukan beberapa batu boulder yang mereka duga batu penutup bangunan piramida.
Batu-batu boulder itu ditemukan di lubang penggalian dengan lebar sekitar 3 meter, panjang 5 meter, dan kedalaman hingga 4 meter, yang terletak di koordinat 6° 57,5′ Lintang Selatan, 107° 31,239′ Bujur Timur, serta ketinggian 986 meter di atas permukaan laut.

Batu-batu boulder tersebut panjangnya bervariasi, antara 1,1 meter hingga 2 meter, dengan besar yang kurang lebih sama, yakni selebar 30-40 sentimeter (cm) serta tersusun rapi dan teratur.
Menurut pendiri Turangga Seta, Agung Bimo Sutedjo, batu-batuan boulder itu membentuk sudut 30 derajat dengan garis horizontal dan mengarah ke titik pusat piramida. Setidaknya, tim menemukan 4 batu boulder di kedalaman 1,5 meter di bawah permukaan tanah dan 3,7 meter di bawah permukaan tanah.
Agung mengatakan, batu-batu boulder itu merupakan batu bronjongan yang sengaja diatur sedemikian rupa, agar tanah yang menutupi bangunan piramida tidak longsor. Ditemukannya batu-batu ‘bronjongan’ tersebut membuat beberapa tenaga penggali yang notabene warga sekitar Gunung Lalakon sempat tertegun.
“Kalau saya melihat tanah yang digali oleh beko (back hoe) di bukit sebelah, tanahnya tidak seperti ini. Ini tanahnya ada batu-batunya, seperti sengaja diuruk,” ujar Agus Yahya Budiana, warga Kampung Badaraksa yang berada di lokasi penggalian, kepada VIVAnews.com, Rabu 16 Maret 2011.
Namun, penggalian belum menemukan bangunan piramida yang diduga tertimbun di bawah batu-batu boulder yang ditemukan. “Dari petunjuk hasil uji geolistrik, semestinya batuan padat yang diduga bangunan piramida, masih berada sekitar 2 meter di bawah tanah dasar lubang penggalian,” kata Agung, kepada VIVAnews.com.
Gunung Lalakon merupakan salah satu dari beberapa bukit yang diduga oleh kelompok Turangga Seta menyimpan bangunan Piramida. Sebelumnya, Tim Turangga Seta telah melakukan pengujian dengan alat geolistrik bersama tim peneliti dan menemukan citra struktur batuan yang ‘tak alamiah’. (art)
• VIVAnews
Turangga Seta Menggali ‘Gunung Piramida’
Penggalian dilakukan di puncak Gunung Lalakon, 986 meter di atas permukaan laut.
Kamis, 17 Maret 2011, 15:57 WIB
Indra Darmawan
VIVAnews – Komunitas pecinta sejarah nusantara Turangga Seta melakukan penggalian di Gunung Lalakon, yang terletak di Soreang Bandung.
Penggalian ini merupakan salah satu upaya untuk menindaklanjuti hasil temuan uji geolistrik yang telah mereka lakukan sebelumnya, bersama tim peneliti.
“Kami telah melakukan penggalian sejak Senin pagi,” ujar Ayu Reditya Dewi, Anggota Tim Turangga Seta Jakarta kepada VIVAnews, di Gunung Lalakon Bandung Jawa Barat, Rabu petang 16 Maret 2011.
Belasan anggota tim Turangga Seta dibantu oleh belasan warga sekitar, melakukan penggalian di titik koordinat 6° 57,5′ Lintang Selatan, 107° 31,239′ Bujur Timur, dan ketinggian 986 meter di atas permukaan laut.
Penggalian yang dilakukan di Puncak Gunung Lalakon itu dilakukan sekitar 7 meter dari lokasi menara antena Base Transceiver Station yang berada di tanah milik PT Saguling.
“Kami sudah memperkirakan agar penggalian yang kami lakukan tak mempengaruhi struktur menara sehingga tidak mengganggu operasi dari antena tersebut,” ujar Dani Subrata, Kepala Tim Penggalian Turangga Seta, kepada VIVAnews.
Upaya penggalian dilakukan oleh tim Turangga Seta sebagai bentuk kepedulian mereka karena pemerintah dirasa kurang responsif. Padahal sebelumnya, tim Turangga Seta pernah melaporkan kecurigaan mereka kepada pemerintah, dalam hal ini Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang berada dibawa Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Batu Tapak, Gunung Paseban, di dekat Gunung Lalakon Bandung
“Sebenarnya penggalian ini bukan tugas kami. Tapi kami ingin membuktikan bahwa sejak dulu sebenarnya leluhur kita telah memiliki kebudayaan yang sudah demikian tinggi,” ujar Agung Bimo Sutedjo, pendiri kelompok Turangga Seta.
Penggalian ini sendiri, menurut Dani, sudah sesuai dengan peraturan yang ada, yakni Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Pasal 26. “Setiap orang berhak melakukan pencarian cagar budaya atau yang diduga cagar budaya dengan melakukan penggalian atau pengangkatan di darat,” ujar Dani mengutip ayat 2 pasal itu.
Sementara persyaratan yang diatur pada ayat 4 undang-undang itu, yakni harus meminta izin pemerintah atau pemerintah daerah, sudah dilakukan dengan meminta izin kepada Lurah, RW dan RT setempat.
• VIVAnew
Sains & Teknologi
Dirjen Purbakala: Bukit Piramid Amat Menarik
“Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini tak alamiah.”
Selasa, 1 Maret 2011, 15:41 WIB
Indra Darmawan, Dedy Priatmojo
 
Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta) (Turangga Seta)
VIVAnews – Para peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional akan membahas penemuan beberapa bukit yang memiliki bentuk mirip dengan piramid di beberapa daerah di Indonesia.
Hal itu dikemukakan oleh Direktur Jendral Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Aurora Tambunan kepada VIVAnews, Selasa 1 Maret 2011.
“Bukit itu adalah temuan geologi dengan bentuk yang sangat menarik. Tindak lanjut penelitian akan dirapatkan oleh Puslit Arkenas,” ujar Aurora Tambunan, melalui pesan pendeknya kepada VIVAnews.
Namun, demikian, menurut Aurora yang lebih akrab dipanggil Lola, hingga kini belum ada bukti tinggalan arkeologi di tempat itu. “Maka saya tidak dapat menyebutnya sebagai cagar budaya,” Lola menjelaskan.
Temuan bukit yang mirip bentuk piramida hingga kini masih mengundang kontroversi di kalangan para peneliti. Pada Kamis pekan lalu, saat para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan pertemuan dengan Yayasan Turangga Seta, para arkeolog terkesan masih menunggu hasil penelitian resmi terlebih dahulu.
Sebab, saat itu kelompok Turangga Seta belum bisa mempublikasikan hasil uji geolistrik yang sempat mereka lakukan. Namun, VIVAnews sempat diperlihatkan hasil uji geolistrik yang dilakukan Turangga Seta bersama seorang pakar geologi ternama.
Hasil uji geolistrik itu menangkap keberadaan sebuah struktur batuan yang tak biasa yang mirip dengan bangunan piramid, di bawah permukaan bukit di Gunung Lalakon, Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung.
Di atas struktur bangunan mirip piramid itu, terdapat pola lapisan batuan tufa dan breksi yang berselang seling, dengan posisi melintang.
Ilustrasi Hasil Uji Geolistrik di Gunung Lalakon Bandung
“Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini tidak alamiah,” kata seorang pakar geologi terkenal yang turut dalam penelitian bersama tim Turangga Seta, pada sebuah rekaman video yang diabadikan.
Lebih lanjut, pakar geologi itu menunjuk sebuah bentukan di dalam strutur bangunan itu, yang mirip dengan lorong atau pintu. Ia memperkirakan struktur seperti itu kemungkinan besar adalah struktur buatan manusia.
Selain uji geolistrik di Gunung Lalakon itu, Pendiri Yayasan Turangga Seta, Agung Bimo Sutedjo, mengatakan bahwa mereka telah melakukan uji seismik di 18 titik.
Anggota Turangga Seta, Hery Trikoyo mengatakan bahwa hasil uji geolistrik di Gunung Sadahurip yang terletak di Desa Sukahurip Pengatikan Kabupaten Garut Jawa Barat, juga menunjukkan hasil yang sama.
Namun pada bukit itu tidak dijumpai adanya rongga seperti pintu, seperti halnya bukit di Bandung. “Mungkin karena kami hanya mengujinya di salah satu bagian lereng bukit saja,” katanya.
http://video.vivanews.com/read/13433-penggalian-gunung–piramida–lalakon_1
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar